Dulu, pertama kali ke Jogja dengan naik sepeda motor, aku merasa takut sekali. Ujian Masuk Universitas Gadjah Mada, itulah satu-satunya alasan saat itu yang membuatku nekad menyusuri jalan yang sama sekali tidak pernah aku lewati sebelumnya. Cukup menyenangkan ternyata, ramai-ramai bersama kawan-kawan berusaha âmengejarâ takdir dan mimpi di Yogyakarta ini. Berbekal uang secukupnya, sepeda motor, dan buku-buku pelajaran kami âmelancongâ ke kota pendidikan ini. Bermalam di masjid kampus sebelah selatan RS. Sarjito pun kami lakoni kala itu. Malam sebelum ujian, aku bersama Mahfud, Rona, Dhani malah man-main di Gramedia, membaca buku sesuka hati, sama sekali tidak memikirkan kata âbelajarâ, mempersiapkan diri untuk test tertulis keesokan harinya. Beberapa minggu setelah itu, pengumuman pun keluar, di internet dan di koran. Aku pun diterima di kampus biru ini. Dimulailah takdirku bersama kota Yogyakarta ini, sampai detik ini.
Di sini, aku menjadi seorang mahasiswa, memiliki banyak kawan, mencoba memiliki mimpi, dan berusaha membuat mimpi-mimpi itu menjadi kenyataan. Aku merasa sangat beruntung bisa mengenal kota Yogyakarta ini. Kesan ramah, murah senyum dan ândesoâ dari para penduduknya masih bisa aku rasakan saat itu. Namun, âauraâ modernisasi pun tidak sulit untuk ditemukan. Warung internet dan café-café dengan layanan hotspot gratis dapat dijumpai di banyak tempat. Aku merasa cukup nyaman tinggal di kota seperti ini.
Saat aku melintasi daerah Njanti, dengan arah ke selatan dengan melewati jembatan layanngnya, pastilah tidak sulit untuk âmenemukanâ pesawat terbang yang melintas karena hampir setiap beberapa jam sekali akan ada pesawat yang berlalu lalang. Saat aku berada di jembatan tersebut dan melihat pesawat yang akan melintas dari arah timur atau barat, seringkali aku langsung tancap gas dan mencoba berusaha agar sang pesawat tepat berada di atas kepalaku. Bayangkan saja, merasakan pesawat terbang yang sangat besar seolah-olah berada beberapa centimeter di atas ubun-ubun kepala.
Kalau Anda ingin merasakan ini semua, datang saja ke jalan layang Njanti di Jogja. Sungguh bahagia rasanya, walaupun aku tahu berada di dalam pesawat itu tidaklah seindah yang dibayangkan, karena saat berada di dalamnya, waktuku habis untuk berdzikir menyebut asma Allah dan berdoa agar bisa selamat sampai bandara tujuan. Pikiranku selalu melayang pada pesawat Adam Air yang masih belum jelas berapa korbannya itu. Yah, inilah yang aku rasakan saat berada di dalam pesawat.
Di Jogja ini, aku juga bisa mengenal banyak orang hebat. Orang-orang yang hampir setiap hari bisa aku lihat kalau aku mau. Ada Pak Amien Rais yang [katanya] memprakarsai adanya reformasi di negeri ini beberapa tahun silam, Pak Boediyono yang saat ini menjadi pasangan SBY-Berbudi, yang kalau tidak salah baru saja membuat website resminya tersebut karena dicalonkan sebagai cawapres. Ada juga Nanang Susyanto, seorang ahli Matematika muda yang boleh dibilang nomor satu di negeri ini, yang kemudian disusul Albert Gunawan, yang mengharumkan nama bangsa di ajang olimpade tingkat internasional tahun lalu, dan kalau tidak salah tahun ini juga akan dikirim lagi bersama Ricky Aditya dan Hadrian Andradi. Walaupun mereka adalah adik angkatanku, tetapi prestasi mereka jauh di atasku. Semoga ketiganya juga bisa mengharumkan nama Indonesia tahun ini.
Kalau tadi orang-orang yang ada di kampus biruku. Sekarang apalagi ya? Ehm, di Jogja juga banyak toko buku seperti Gramedia dan Toga Mas, tetapi aku jarang ke sana karena aku tidak terlalu suka membaca buku-buku tebal, jadi sedikit kemungkinannya kalau aku membeli buku-buku seperti primbon jawa itu. Aku lebih suka membaca tulisan-tulisan pendek dan ringan di website atau blog yang hanya berisi wacana umum, kemudian mengomentarinya kalau sempat. Yah, itulah aku, tidak suka tulisan yang âserius-seriusâ, novel, atau puisi.
Oh iya, di kota yang masih cukup âkejawenâ ini, aku masih bisa membiasakan memberikan salam sembari membungkukkan kepala atau tubuh, seperti yang biasa aku lakukan di kota asalku: Kebumen. Saat bertemu orang yang lebih tua, aku tidak bisa untuk tidak membungkukkan kepalaku, minimal itu. Dari kecil aku diajarkan untuk menghormati orang tua, dan aku sangat takut dengan yang namanya : KUWALAT. Sebuah istilah jawa yang artinya âkena batunyaâ akibat berbuat tidak sopan terhadap orang tua. Mungkin ini bersifat dogmatis, tetapi inilah yang diajarkan di lingkungan rumahku di Desa Surotrunan, Alian, Kebumen sana.
Di kota ini pula aku mengenal istilah âblogâ, dan aku juga mencoba menulis apa yang ada di kepalaku di dunia maya, di blogku sendiri. Dengan niatan awal mendokumentasikan hidup dan mendokumentasikan apa-apa yang pernah aku baca juga di dunia maya atau sumber lainnya, dimana seringkali lupa mencantumkan sumber aslinya dan seringkali pula memberikan masalah bagiku. Yah, beginilah aku, suka cari masalah juga ternyata, dan semoga semua masalah tersebut aku selesaikan dengan baik dan bijak.
Jogja juga memiliki banyak museum dan objek wisata. Museum Sandi adalah salah satunya, dan ternyata keberadaan museum itu sedikit melatarbelakangi eksisnya Klub Sandi di kampusku. Berbagai macam makanan khas juga tersedia. Secara umum, mungkin boleh dikatakan bahwa Jogja adalah kota metropolitan yang sejuk, baik orangnya maupun lingkungannya. Tidak seperti Jakarta yang kotor udaranya dan orang-orangnya yang indivisualistis, Surabaya dan Gorontalo dengan terik mataharinya yang menyengat, dan kota-kota lain yang pernah aku datangi. Jogja masih yang terbaik bagiku.
Yah, beginilah kota Jogjakarta di mataku. Bagaimana menurut Anda yang pernah ke Jogja? Duh, sudah sore ternyata, dan hampir maghrib. Aku harus shalat maghrib dan menghadap Tuhanku untuk berkeluh kesah kepada-Nnya, melaporkan dosa-dosaku kepada-Nya. Mari kita senantiasa berbagi cerita dan pengalaman. Apa saja. Nuwun.
NB: Aku kasih bonus sebuah lagu bagi Anda yang ingin mengenang kota Yogyakarta deh!
Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgi saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama suasana JogjaDi persimpangan, langkahku terhenti
Ramai kaki lima menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila
Musisi jalanan mulai beraksi seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri, di tengah deru kotamu(Walau kini kau tâlah tiada tak kembali) Ohâ¦
(Namun kotamu hadirkan senyummu abadi)
(Izinkanlah aku untuk sâlalu pulang lagi)
(Bila hati mulai sepi tanpa terobati) Oh⦠Tak terobatiMusisi jalanan mulai beraksi, ohâ¦
Merintih sendiri, di tengah deru, heyâ¦Walau kini kau tâlah tiada tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Izinkanlah aku untuk sâlalu pulang lagi
(untuk sâlalu pulang lagi)
Bila hati mulai sepi tanpa terobati, ohâ¦(Walau kini kau tâlah tiada tak kembali)
Tak kembaliâ¦
(Namun kotamu hadirkan senyummu abadi)
Namun kotamu hadirkan senyummu yang, yang abadi
(Izinkanlah aku untuk sâlalu pulang lagi)
Izinkanlah untuk sâlalu, selalu pulang lagi
(Bila hati mulai sepi tanpa terobati)
Bila hati mulai sepi tanpa terobatiWalau kini engkau telah tiada (tak kembali) tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu (abadi)
Senyummu abadi, abadiâ¦
kapan-kapan kuajak kamu sepedaan ke komplek AAU disana pesawatnya terbang lebih rendah.
” admin:
iya baik, kapan2 ajak aku ke sana. 😀
duh kangene karo jogja …. SMA dl d sana … 🙂
” admin:
kalau kangen, mampirlah sejenak mas, barang sehari atau dua hari. 😀
jogjaaa….perasa’an baru kemaren ya pertama kuliah sama kalian… 😀
” admin:
waktu berjalan begitu cepat sepertinya ya, win?
setahun sekali saya pasti ke kampus UGM. Tau tuh, bapak ibuku suka banget keliling di UGM, terus mampir di SGPC. maklum, mereka ketemunya di kampus biru ini, nostalgia katanya.
” admin:
wah, romantis sekali orang tua njenengan mba. lha njenengan ikut ga? kali aja juga nemu jodoh di UGM.
jogja… kangen banget pengin ke jogja..ntar juli mo ke jogja cz kakakku mau wisuda…dan menantikan kamera DSLR…hunting foto di jogja… jogja emang kota yang keren banget…apalagi buat motret”.. light dan place-nya mendukung..hohohoho….
salam kenal, silakan mampir ke blog saiia: http://pelangiituaku.wordpress.com
” admin:
wah, kakak njenengan jurusan apa mba? wah senangnya mau foto2. ya sudah, met hunting “light dan place” deh.
welcome to jogja. btw aku udah mampir tadi, tapi ga ada orang kayaknya. yup, salam kenal 😀
Oi bro, belum minta ijin memasukan namaku dalam tulisanmu ki…ko yg diceritakan keterima di UGM km doang,,, Makhfud dan aku juga keterima hehehe. anyway,,, its good…
” admin:
lha, kan ini blogku, jadinya ya aku berusaha menjadikan diriku sebagai subjek atau tokoh utama tulisan ini. hehehe. salah sendiri kau “loncat” ke STAN! but, thanks udah mampir yah.
iya gapapa lah bro, numpang tenar.
Jogja itu mengagumkan…Saya 15 tahun tinggal di kota itu dan meninggalkannya adalah sebuah perjuangan yang cukup berat. Hingga saat ini, kalau aku memandang Indonesia adalah memandang Jogja. Jogja terlalu istimewa, di relung-relungnya tersimpan kenanganku atas masa mudaku, kegagalan, keberhasilan, canda, tawa dan sedih serta pucat pasinya hidup. Pesanku, nikmatilah Jogja selama mungkin dan bawalah setiap nilai yang telah diajarkannya untuk bekalmu melangkah nanti.
Titip rinduku untuk setiap titik di Jogja…
” admin:
waduh mas, kok aku jadi termehek-mehek kaya gini? tanggung jawab!
iya mas, aku bisa merasakan apa yang njenengan rasakan. baiklah mas, akan aku ingat pesanmu.
Jogja..datang pertama, 12 tahun yg lalu, naik bis kota masih 150 perak (jauh dekat), jalanan masih agak sepi dibanding sekarang yg macet dengan motor. Rasanya sedih waktu ninggalin Jogja 5 thn yg lalu. Ketemu jodoh di Jogja, alhamdulillah sekarang dah punya gubug kecil di Jogja, meskipun sementara harus mengais rejeki di pulau seberang. Kangen banget ma Jogja… 🙂 pengin cepat2 cuti nih.
” admin:
wah 12 tahun? udah lama bgt! emang sekarang posisi di mana, mas? kalau begitu aku doakan semoga njenengan berjodoh dengan jogja kembali.
jogja jogja pengen hidup disana ngak kesampean-kesampean.
” admin:
mungkin itu sudah takdir njenengan, om. namun, mutiara tetaplah mutiara kan? dia akan tetap bersinar walau di lumpur sekalipun. aku harap njenengan bisa menjadi mutiara itu, om. begitu juga aku. 😀
dulu waktu saya luntang lantung di jogja selama beberapa bulan di tahun 99 suasananya masih lumayan nyaman mas, jalan kaki masih enak. sekarang mal di mana-mana, jalanan padat, sumpek, tahun kemaren saya ke jogja rada shock, kemana jogjaku yang dulu…?
” admin:
menurutku sekarang pun masih nyaman mas, cuma agak terkesan “modern” aja, dan juga tambah panas akibat global warming sepertinya. jogja masih seperti dulu kayaknya, mas.
Jogja.. Jogja tu punya tempat istimewa di hatiku. Makanya aku suka banget ma lagu Yogyakarta. Kalo lagi ndengerin, langsung deh banyak kenangan tentang Jogja muncul tiba-tiba. Nikmati keindahan dan kenyamanan Jogja mumpung masih bisa, Pin.. Salamku buat Jogja juga, ya.
” admin:
wah, ada apa dengan jogja di hatimu, ren? sampai bisa menempati tempat yang istimewa di hatimu? iya ren, selagi masih bisa, aku akan menikmati kenyamanan kota jogja. walaupun aku tahu, suatu saat aku harus keluar dari zona nyaman ini.
Kemarin aku ke jogja lagi,,, dalam rangka memenuhi perjalanan yang penuh kejadian menarik. disana ditantang main PS sama sang admin, untuk hasilnya, silahkan pada nanya sendiri ke admin :))
” admin:
hasilnya: aku kalah saudara-saudara.
saudara Ircham pasti sangat suka akan pengakuan publik ini. hiks3x.
he3.. Jogja ya?? Kalo dulu sebelum ke Jogja, pas denger kata Malioboro tuh gimna gitu.. kayaknya hebat banget. Tapi setelah ke Malioboronya langsung, biasa aja tuh… Tapi,,,, yang luar biasa dari Jogja adalah orang2 yang berada di dalamnya. Banyak orang – orang “istimewa” untuk hidup ini (yang pernah tinggal di Jogja) yang mengisi masa2 indah dulu.
Kalo ipin termasuk gak ya??? Tapi yang pasti, Jogja mang kota Indah untuk melakukan banyak aktifitas terutama menuntut ilmu….
” admin:
hemm, jadi aku ga termasuk nih gun? trus hubungan yang kita jalin selama ini itu kau anggap apa? kau jahat gun, jahat!
@gunawan:
Klo Gun mah ingetnya sama Prambanan, tul ga? hehehehe.
” admin:
iya, aku tahu itu, wisna.
Oh, Yogya! Makananmu tak seramah masyarakatmu? Bertebaran sajian khas kakilimamu pernah membuat aku semaput put ora kelingan babar pisan. Lahap makan oseng daging babi tanpa kuketahui, tubuh meriang panas dingin keringetan dan huek huiek! Byar pet! Dan termehek-mehek sepanjang jalan dipapah pulang akibat nyantap oseng mercon! Namun keramahan masyarakatnya terpatri d denyut nadi. Salamku kagem; Sing mbaurekso Merapi, Mbah Marijan, Lek Poniman dan Istri di Kaligendol, masyarakat dan rekan Pos Pengamat Merapi, Balerante, Mas Daud dan Yakub, Museum Batik Pendem, Kaliurang. Mak nDung, Mbak Spiah dan mbah Giyah dkk, Buruh Gendong Bringharjo. Mas Jemek Pantonim dan penduduk Kulon Progo, Serangan serta Patangpuluhan yg pernah aku repotkan. Salam dan nuwun.
” admin:
weleh, pernah makan daging babi to, mas? aku ga akan pernah makan daging itu soale. kan baik tuh makan daging itu, banyak penyakitnya, hehehe. btw semoga nama-nama tersebut di atas membaca semua ini, mas.