Depresi, sebuah kata yang cukup menakutkan bagiku. Kita ketahui bersama bahwa tidak ada orang yang tidak memiliki masalah, dan tidak ada masalah yang tidak memiliki penyelesaian. Terus terang, saat aku menuliskan ini pun, aku sedang dilanda beberapa masalah, dan aku juga yakin Anda pun demikian. Perbedaannya adalah bagaimana masing-masing dari kita untuk menyikapi masalah yang ada tersebut, apakah menjadikannya sebagai sebuah tantangan atau malah sebagai beban. Yah, cara pandang dan pola pikir yang berbeda akan menghasilkan sikap dan reaksi yang berbeda pula ternyata.
Ada yang bereaksi cukup positif, tetapi ada juga yang bereaksi sangat negatif, sampai-sampai pada tingkatan menyakiti orang lain dan dirinya sendiri. Pembunuhan pun seringkali tidak dapat terelakkan kalau depresi ini sudah pada tingkatan “akut”, baik membunuh orang lain maupun membunuh dirinya sendiri. Sangat disayangkan memang, saat seseorang bereaksi berlebihan saat menghadapi depresi ini, karena bisa jadi hal-hal di luar dugaan bisa saja dilakukan, termasuk membunuh tadi.
Mungkin Anda akan semakin mengerti apa yang aku bicarakan setelah membaca tulisan berikut. Asytaghfirullah!
Depresi, Istri dan Mobil Dibakar di Tol
Seorang wanita dan mobilnya terbakar di Kilometer 53 Tol Jakarta-Cikampek di daerah Karawang Timur, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Senin (6/7) dini hari. Warga Depok itu diduga dibakar oleh suaminya sendiri sepulang dari Bandung saat berhenti di lokasi tersebut. Yan Mulyono, petugas derek Tol Jakarta-Cikampek di gerbang Tol Cikampek, menyebutkan, sedan bernomor polisi L 1028 MI hangus terbakar. Sedangkan seorang wanita yang berada di dalamnya mengalami luka bakar serius dan terpaksa dilarikan ke RS Cito Karawang.
Sementara seorang anak kecil berumur 7 tahun yang ikut di dalam mobil, selamat. Menurut informasi, keluarga tersebut baru pulang dari berobat di sebuah rumah sakit di Bandung, kata Yan. Pelaku pembakaran yang diduga suami, lanjut Yan, melarikan diri keluar tol seusai membakar istri dan mobilnya. Pelaku dikejar-kejar oleh warga dan akhirnya tertangkap 1,5 jam setelah kejadian atau sekitar pukul 02.00. Karena ini diduga merupakan tindak pidana, mobil diderek ke Polres Karawang beserta tersangka. Adapun korban masih menjalani perawatan di rumah sakit, tambah Yan.
from: kompas.com
Sudah lama memang, dan aku sering membaca bahwa di Jepang sana banyak terjadi kasus orang bunuh diri akibat menganggur berkepanjangan. Hanya saja terasa aneh saat semua itu terjadi di negeriku sendiri: Indonesia. Sungguh, aku tidak habis pikir, apa sebenarnya yang ada dalam benak mereka saat hendak bunuh diri, dan bagaimana perasaan mereka setelah berhasil melakukan usaha bunuh dirinya itu, kalau bisa. Coba Anda simak ulasan berikut. Asytaghfirullah!
Depresi karena Menganggur, Seorang Pemuda Bakar Diri
Depresi karena lama tidak memiliki pekerjaan tetap, Abdul Majid (27) tewas membakar diri di kamar tidur di rumah adiknya di Perumnas II Parung Panjang, Bogor, Rabu (1/7) sekitar pukul 13.30.  Pihak keluarga tidak mengizinkan jasadnya diotopsi. Mereka menyatakan ikhlas karena korban memang menderita depresi dan berkali-kali mencoba bunuh diri,  kata Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek Parung Panjang Iptu Ida Bagus Kade Dayana. Menurut Ida Bagus, tetangga korban, Hasanuddin, yang pertama kali melihat rumah Ida (25) terbakar. Hasanuddin tahu setelah api yang membakar rumah Ida mulai menyambar rumahnya.
Ida, adik Abdul Majid, saat itu tidak ada di rumah karena sedang ikut pengajian, sedangkan suaminya tengah bekerja di Jakarta. Warga lalu beramai-ramai memadamkan api. Setelah api padam, baru mereka menemukan jasad Abdul Majid di dalam kamar tidur yang sudah terbakar.  Kebakaran diduga berasal dari kamar itu, setelah korban membakar dirinya dengan menggunakan bensin,  kata Ida Bagus. Keluarga korban lalu membawa pulang jasad Abdul Majid ke rumah orangtuanya di Puri Kembangan, Jakarta Barat.
from: kompas.com
Nah, ini yang baru aku tahu bahwa ternyata depresi itu dapat mengakibatkan gangguan fisik pada penderitanya. Sungguh tidak bisa dimaafkan kata “depresi” ini, selain menggerogoti jiwa, ragapun tidak bisa terelakkan. Memang sih, aku pernah mendengar bahwa di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Namun bukan sebaliknya, yaitu di dalam tubuh yang sakit terdapat jiwa yang sakit pula. Ah entahlah, ternyata memang berlaku sebaliknya ungkapan tersebut tadi.
Coba simak juga tulisan berikut tentang gejala-gejala gangguan fisik yang bisa kita alami saat kita mengalami depresi yang berlebihan.
Anda mungkin mengenal ciri-ciri emosi orang yang sedang depresi. Tapi, tahukah Anda kalau stres yang berkepanjangan seringkali menyebabkan gangguan fisik. Itu sebabnya banyak orang yang bolak-balik ke dokter untuk menyembuhkan keluhan sakitnya tapi tak jua sembuh. Ini karena penyebab utama penyakit, yakni depresi, tak disembuhkan. Menurut para ahli, depresi bisa membuat kita merasakan sakit yang lain dari biasanya. Depresi berkaitan dengan ketidakseimbangan zat kimia di otak. Padahal, beberapa dari zat itu punya peran penting pada respons tubuh terhadap sakit. Oleh sebab itu, sangat penting untuk mengenali suasana perasaan diri sendiri. Simak beberapa gangguan kesehatan berikut ini yang sebenarnya bersumber dari depresi.
Sakit kepala: Ini merupakan ciri utama yang dialami orang depresi. Bila Anda sudah lama punya migren, saat depresi rasa sakit di kepala akan bertambah buruk.
Sakit punggung: Orang yang sudah punya sakit punggung, penyakitnya akan bertambah buruk saat sedang depresi.
Sakit di dada: Sebaiknya jangan abaikan rasa sakit di bagian dada karena bisa jadi tanda penyakit jantung. Namun, rasa nyeri di dada juga sering dikaitkan dengan depresi.
Gangguan lambung: Kondisi emosi dan pencernaan seseorang ternyata punya kaitan kuat. Saat depresi, Anda mungkin akan merasa sering mual, diare, atau sebaliknya, sulit BAB.
Kelelahan: Meski sudah tidur cukup Anda mungkin masih merasa kelelahan dan sulit untuk bangun dari tempat tidur.
Gangguan tidur: Kebanyakan orang yang depresi sulit untuk tidur nyenyak. Mereka biasanya bangun terlalu pagi atau tak bisa langsung memejamkan mata di malam hari. Sebagian lagi tidur lebih lama dari biasanya.
Nafsu makan berkurang: Stres yang berlarut-larut akan membuat nafsu makan menghilang dan tubuh pun menjadi kurus. Tapi ada juga orang yang justru menjadi gemuk karena makan jadi pelarian dari stres.
from: kompas.com
Lantas, apa yang harus kita lakukan saat terserang oleh depresi dan bagaimana seharusnya kita bersikap jika ternyata orang-orang terdekat kita sedang mengalami depresi? Langkah konkret sederhana yang bisa dilakukan adalah BERBICARA ternyata. Jika kita sedang depresi, janganlah merasa enggan untuk membicarakannya dengan orang terdekat Anda, dalam hal ini keluarga atau pasangan Anda. Nah, jika justru orang terdekat Anda yang mengalami depresi, janganlah merasa enggan untuk sekedar mendengarkan keluh kesah, racauan, tangisan, bahkan tawa sedih mereka, karena sejatinya saat orang mengalami depresi, hanya teman bicara yang ia perlukan, bukan uang, makanan, minuman, liburan atau yang lain. Yah, hanya teman bicara, karena setelah mereka melepaskan semua beban mereka, lewat kata-kata yang mereka pilih tentu saja, hampir 50% masalah mereka sudah teratasi sepertinya, walaupun baru sebatas secara emosional belak.
Coba Anda simak juga tulisan berikut agar Anda semakin yakin bahwa peran Anda sebagai seorang pendengar akan sangat diperlukan orang-orang di sekeliling Anda saat mereka mengalami depresi.
Berat rasanya membayangkan ada ayah yang tega menyakiti anaknya dengan cara melindaskan kaki hingga buntung di lintasan kereta. Sulit dipahami bagaimana seorang ayah tega membakar istri dan anaknya dalam sebuah mobil di jalan tol. Sejumlah kasus kekerasan belakangan ini memang mengguncang hati kita. Diduga depresi melatarbelakangi para pelaku nekat melakukan aksi kekerasan tersebut. Tapi, apa pun alasannya, perilaku ayah yang membahayakan jiwa keluarganya tidak bisa dibenarkan. Istilah depresi dalam ilmu kesehatan jiwa dipergunakan untuk menggambarkan suatu kondisi gangguan jiwa yang secara klinis tampil dalam bentuk perasaan murung, kehilangan gairah hidup, lesu, putus asa, serta kehilangan rasa percaya diri. Depresi adalah gangguan jiwa yang paling lazim dijumpai di masyarakat. Prevalensinya cukup tinggi, berkisar 5-10 persen. Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan pada tahun 2020 depresi akan menempati masalah kesehatan nomor dua terbesar setelah penyakit kardiovaskuler. Data riset Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia tahun 2007 menunjukkan 94 persen penduduk Indonesia saat ini mengalami depresi dari tingkat ringan hingga berat. Masalah ekonomi, sosial, hingga hubungan suami istri serta orangtua dan anak, bisa mendatangkan beragam masalah berat. Psikolog Roslina Verauli menyatakan, orang dengan depresi ringan masih bisa tetap bekerja.
Namun, jika orang tersebut sudah sampai mengurung diri, tidak mau beraktivitas, tak bersemangat, tidak mau makan, atau sebaliknya terlalu banyak makan, merupakan tanda yang mengarah pada depresi berat. Penderita depresi juga biasanya mengalami fluktuasi emosi. “Ambang toleransi orang yang sedang depresi jadi rendah, terutama bila ada hal yang bisa mencetuskan emosinya,” kata Vera. Lebih lanjut ia mengungkapkan, lingkungan sekitarnya harus mewaspadai bila penderita depresi sudah mengeluarkan ide bunuh diri atau ingin mati. Langkah pertama untuk membantu penderita depresi, menurut Vera adalah dengan menemani mereka. “Tunjukkan kalau kita ada untuk mereka. Dengarkan keluhan-keluhannya karena mereka butuh teman bicara,” saran psikolog dari RS Pondok Indah ini. Menurut Vera, sebaiknya hindari menyuruh penderita depresi datang ke psikolog karena mereka pasti menyangkal sedang bermasalah. “Datang ke psikolog harus berasal dari keinginan mereka sendiri,” katanya. Bantu penderita untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari untuk mengalihkan perhatiannya. Untuk penderita depresi berat, keluarga harus lebih sabar. Selain konseling dengan psikolog, penderita depresi juga bisa disembuhkan lewat terapi pengobatan dengan obat anti depresi yang diresepkan dokter.
from: kompas.com
Bagaimana, apakah Anda masih enggan untuk BERBICARA saat Anda terkena depresi, atau menjadi TEMAN BICARA saat ada orang di sekeliling Anda yang mengalami depresi? Aku harap tidak, karena menurutku depresi itu adalah wajar karena sejatinya setiap orang tidak akan pernah lepas dari masalah, dan itu juga merupakan tanda bahwa seseorang itu sedang hidup, maksudku masalah yang ia hadapi itu telah membuatnya hidup.
So, mari kita biasakan berbicara kepada orang terdekat kita, entah itu ayah, ibu, adik, kakak, atau anggota keluarga yang lain. Atau bagi Anda yang sudah memiliki pasangan hidup, jadikan mereka sebagai pendengar untuk masalah Anda karena salah satu tugas mereka adalah mendengarkan Anda saat Anda hendak berbicara, dan tentu saja, semuanya tadi juga berlaku sebaliknya untuk Anda. Aku yakin kita semua mampu melakukan ini, termasuk aku dan Anda.
Abdul Majid ini betul-betul kakak yang tidak tahu diri. Sudah tahu numpang ke rumah adiknya, masih ikut dibakar pula rumah adiknya bersama dirinya. Dasar kakak tidak sopan..
” admin:
itu mungkin karena mereka jarang berkomunikasi dan berbicara, mba.
Aku setuju, depresi adalah wajar. Bagiku depresi adalah satu masalah wajar yang tetap harus diketahui ujung pangkalnya.
” admin:
horeee, mas donny setuju denganku!
Selalu jaga agar pikiran tidak dikuasai oleh emosi dan nafsu.
” admin:
tapi wis, pikiran itu senantiasa hidup, bahkan saking hidupnya terkadang lepas kendali. makanya kita butuh orang lain untuk menilai pemikiran kita sepertinya.
kata anak magang di tempat saya yang lulusan psikologi, masalah yang dibiarkan akan numpuk di alam bawah sadar, kalo misalnya ndak dilepas maka tinggal nunggu waktu sampe yang di alam bawah sadar itu menguasai kita, jadi edan boss…
” admin:
nah, itu yang aku maksud mas, harus segera dikeluarkan, diluapkan, dan dibicarakan dengan orang lain. alhamdulillah aku merasa masih memiliki orang-orang yang mau mendengarkan aku berceloteh dan meluapkan uneg-unegku. njenengan lebih beruntung dari aku mas, karena sudah memiliki pasangan hidup. kalau aku kan belum, hikssss.
@mawi wijna:
aku baru tau klo ternyata pikiran itu bisa hidup karena kamu yang memikirkan itu hidup. Coba kamu pikirkan kalau pikiran itu mati.
” admin:
ga bisa, wisna. karena memang pikiran itu senantiasa hidup, dan sedikit tidak bisa dikendalikan.
saya lagi taraf stres…,saya sakit gangguan lambung, jadi males kerja gara2 kerja tim tapi yang ngerjain saya thok (bukan nyombong, tapi rasa bertanggungjawab atas kerjaan saya, tapi ketua tim saya ndak ngrasa), sekarang ini lagi ambil cuti seminggu refreshing…, dan lebih mendekatkan diri pada Tuhan memperbanyak ibadah…
” admin:
waduh, stress kenapa mas? coba luapkan di sini. mungkin saja aku bisa membantu, walaupun mungkin hanya membantu via tulisan, karena seringkali solusi2 tepat itu berasal dari orang2 aneh, termasuk diriku.
bener tuh depresi bahaya. saya udah 4 tahun depresi blum sembuh. udah merambat ke badan. jadi males ngapa2in. sekolah juga jadi kacau. kemarin salah paham sama psikolog jjadinya tambah kacau deh, huff
“admin:
semoga kita ga depresi berkepanjangan mas…
Suamiku dah depresi selama 7 tahun..sama sekali ngga mau kerja..mudah marah..maunya di temenin aja..tapi karna kebutuhan ekonomi saya pergi kerja di luar negri..dan malah tambah parah…sama sekali g melakukan kegiatan apa2..