Mari Terus Bermimpi

aku2

Alhamdulillah, aku masih diberi kesempatan untuk bernapas hingga hari ini, hingga menit ini, hingga detik ini. Sudah lama sebenarnya, tangan ini ingin menulis, menuliskan apa yang terjadi pada diriku, dan pada orang-orang di sekelilingku. Kepalaku terasa penuh sesak kalau semua yang aku pikirkan tadi, semua yang ada dalam kepalaku tadi, hanya mengendap dan tidak didokumentasikan. Aku hanya ingin anak-cucuku kelak juga tahu bahwa pada saat ini kakek mereka masih memilik cerita.

Baiklah, cukup basa-basinya, sekarang saatnya bercerita. Saat aku menuliskan ini, aku sedang sakit, lebih tepatnya sakit radang tenggorokan, itu yang dikatakan dokter yang memeriksaku waktu di Gadjah Mada Medical Center tadi. Tadinya aku sedikit takut untuk memeriksakan diri ke sana, karena dalam bayanganku muncul bayangan-bayangan yang tidak mengenakkan, mulai dari salah diagnosa, sampai dengan vonis penyakit yang menakutkan oleh dokter untukku. Namun, semuanya tidak seburuk yang aku bayangkan, semuanya seolah-olah berjalan teratur dan sesuai orbit. Inilah yang sering sekali terjadi dalam hidupku, bahwa seringkali pikiranku terlalu berlebihan, bahwa keadaan yang terjadi tidaklah semengerikan yang dipikirkan, bahwa seringkali kenyataan berjalan teratur dan indah.

aku2

Berbicara tentang kenyataan, aku jadi ingin bercerita tentang ini, tentang kenyataan yang terjadi pada diriku, tentang kehidupanku sendiri. Dulu, saat aku masih di tahun pertama dan kedua kuliah S1 program studi Matematika UGM, saat aku masih sekelas bersama Joko, Rully, Nanang, Winky dan Math’04 yang lain tentu saja. Di tahun-tahun itu tidak ada pikiran sama sekali untuk kuliah S2, melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi saat itu. Sepertinya, yang ada saat itu hanyalah bermain dan belajar, main games PES 2006 bersama para kuncupers tadi, menghabiskan waktu bersama, dan lain sebagainya. Rasanya tidak ada beban sama sekali sepertinya. Aku yang mendapatkan beasiswa TPSDP BATCH juga tidak terlalu khawatir tentang masalah uang kuliah saat itu.

Namun, keadaan semakin tampak suram saat beasiswaku itu berhenti di tahun ketiga karena IPKku yang tidak bisa dibanggakan. Orang tuaku tidak terlalu mengerti akan hal ini, karena yang mereka tahu bahwa putranya sedang semangat kuliah di Jogja. Kehidupanku sedikit berubah mulai tahun ini. Aku merasa menjadi sedikit tersenyum dan jarang sekali tertawa. Namun aku beruntung karena masih dikelilingi oleh sahabat-sahabat yang masih bisa membuatku merasa berharga. Aku merasa tetap diinginkan saat itu. Setidaknya membuatku merasa bahwa aku masih layak hidup di dunia ini. Itulah yang aku rasakan.

aku2

Mulai awal tahun keempat kuliah, atau lebih tepatnya akhir tahun ketiga kuliah, mulai ada keinginan untuk segera lulus dan menyelesaikan kuliah S1-ku. Entah kenapa mulai ada keinginan lebih, mulai ada mimpi mungkin kalau boleh dikatakan, bahwa aku ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu jenjang S2. Aku merasakan keinginan ini saat mulai sering ada obrolan tentang kuliah S2, baik di dalam negeri maupun di luar negeri di antara para kuncupers. Aku mulai ketagihan akan obrolan semacam itu, rasa ingin tahuku begitu kuat, tanpa aku sadari ada kenyataan bahwa aku ingin kuliah lagi ternyata. Aku masih memiliki semangat belajar itu, yang sejak SD dulu selalu membuatku merasa hidup, bahkan lebih hidup dari masa ke masa. Entahlah, aku juga tidak tahu pasti perasaan macam apa ini. Mungkin Anda pun sering merasakan ini.

Akhirnya, semangatku semakin membara untuk segera menyelesaikan skripsiku. Apalagi dengan bantuan cipratan-cipratan semangat dari Bu Indah dan Pak Topo sebagai dosen pembimbingku saat itu, yang tak henti-hentinya menyuruhku untuk segera menyelesaikan tugas akhirku itu. Untuk masalah IPK, aku tidak ambil pusing lagi, yang aku tahu, aku harus segera lulus waktu itu. Aku merasa sudah tidak memiliki kesempatan lagi untuk memperbaiki IPK S1-ku itu. Terlalu tua bagiku nanti jika memaksakan diri untuk menambah satu atau dua semester lagi untuk memperbaiki nilai-nilai yang tidak terlalu membanggakan itu. Yang aku pikirkan adalah, mencukupkan syarat perlu dan syarat cukup pendaftaran S2 dan segera ikut test masuk. Alhamdulillah aku bisa wisuda bulan Februari bersama Wisna, Eka Krisna, Vita, Hanna, dan Adhisti. Aku sangat bersyukur bisa segera wisuda, karena aku merasa sangat terlambat wisuda jika dibandingkan dengan teman-teman seperjuanganku kala itu, Nanang, Joko, Rully, dan Winky.

Perjuanganku tidak berhenti sampai di situ. Mimpiku tidak hanya sampai wisuda saja setahuku, karena aku masih ingin kuliah lagi. Masa-masa saat aku wisuda ini, aku mulai dekat dengan seorang perempuan, sepertinya dia jatuh cinta padaku, tetapi aku masih saja bersikap “cuek”, karena aku tidak ingin terlalu terbuai oleh mimpi dan angan-angan indah sebuah pernikahan. Yah, pernikahan, kata yang sering muncul dan senantiasa melekat pada seseorang yang sudah lulus kuliah. Sudah menjadi tradisi, akan ada dua kata yang akan melekat setelah seorang mahasiswa lulus kuliah sepertinya, yaitu pekerjaan dan pernikahan. Dan itu juga terjadi padaku.

Yang aku pikirkan sesaat setelah wisuda adalah bagaimana caranya mengumpulkan uang sebesar 5 juta rupiah, yaitu uang yang minimal harus aku miliki untuk membayar biaya pendaftaran dan SPP semester pertama. Aku tidak tahu harus bagaimana saat itu. Aku bingung. Aku juga tidak boleh lagi berharap banyak pada kedua orang tuaku setelah memperoleh gelar sarjana. Aku hanya berpikir dan berpikir, bermimpi dan bermimpi, dan mencari jalan untuk merealisasikan mimpiku itu. Namun, karena aku masih memiliki waktu enam bulan, aku merasa mampu untuk melakukannya, mampu mengumpulkan uang sebanyak itu, dan kalau sudah “mentok”, mungkin jalan terakhir adalah pinjam kepada beberapa teman yang sekiranya masih peduli padaku. Aku rasa itu lebih baik.

Saat ini, saat aku menuliskan ini, tidak terasa ternyata aku sudah menginjak semester dua kuliahku, kuliah S2ku. Kalau tidak ada halangan, semester depan aku sudah bisa mengerjakan tugas akhirku berupa thesis. Ya Allah, aku merasakan semuanya ini, merasakan mimpi ini, dan ternyata apa yang aku takutkan sebelumnya tidaklah terjadi, atau minimal tidak seburuk yang aku bayangkan. Inilah yang ingin aku katakan sebenarnya, bahwa mimpiku terwujud, mimpi untuk kuliah lagi terlaksana, dan bersamaan dengan itu, mimpi untuk menikah di atas 25 tahun pun terwujud karena saat ini usiaku malah hampir 26 tahun. Intinya adalah, keinginan dan mimpiku terwujud, hanya saja interval waktu yang dibutuhkan dalam proses terwujudnya mimpi itu berbeda satu dengan yang lainnya, karena ada yang panjang, bahkan sangat panjang, dan ada juga yang pendek. Yah, semuanya memerlukan waktu, tidak ada yang instan. Mungkin beginilah hidup.

aku2

Saat menyadari semua ini, aku sedikit banyak tahu bahwa tidak seharusnya aku takut untuk bermimpi, bermimpi setinggi-tingginya, tetapi tetap proporsional dan “tahu diri”, dan selanjutnya berdoa sekaligus berusaha tentu saja, yang semuanya tadi digunakan untuk mewujudkan mimpi yang aku maksudkan tersebut. Aku yakin semua orang mampu untuk melakukan semua ini, bahkan termasuk Anda. Bisa jadi Anda adalah salah satu orang yang beruntung, yaitu orang yang langsung mendapatkan keinginan Anda seketika atau dalam interval waktu yang tidak terlalu panjang, saat Anda menginginkan sesuatu. Namun bisa jadi juga Anda seperti aku dan seperti orang kebanyakan, yaitu orang-orang yang harus bekerja keras terlebih dahulu dan bersusah payah terlebih dahulu, untuk mendapatkan keinginan atau impian Anda tersebut, dan seringkali membutuhkan interval waktu yang cukup panjang. Namun, tidak apa-apa menurutku, hal ini sangatlah wajar, karena beginilah hidup, inilah kehidupan. Mungkin yang membedakan adalah, Anda mau bermimpi atau tidak. Jika Anda bisa bermimpi, maka teruslah bermimpi.

aku2

Semoga tulisan ini tidak berlebihan. Aku hanya ingin memberikan cipratan semangat kepada salah seorang sahabat di luar sana, yang sedang bingung memilih antara kuliah lagi atau menikah. Posisinya sebagai perempuanlah yang membuatnya bingung, katanya. Padahal menurutku, tidak ada salahnya sama sekali saat seorang perempuan menikah di usia 26, 27 atau bahkan 28 tahun. Bukan sebuah aib juga menurutku, saat seorang perempuan menikah pada usia-usia tersebut dengan tujuan mempertinggi ilmu pengetahuan atau bekerja dan meniti karir terlebih dahulu di usianya yang tergolong muda tersebut. Entah apa yang ada dalam pikiran sahabatku saat ini, semoga dia memutuskan yang terbaik nantinya. Banyak orang mengatakan bahwa hidup adalah pilihan, dan dalam hal ini mungkin hal itu benar adanya.

Baiklah, mari kita senantiasa bertukar pengalaman dan mimpi, apa saja. Nuwun.

NB: Mungkin agar Anda tambah ceria, ada baiknya jika kita bernyanyi bersama. Lagu ini menemaniku selama aku menuliskan semuanya ini, bernanda sendu dan terkesan mellow sih, tetapi tidak apalah. Mari bernyanyi!

Iv’e Been Waiting
Sixpence None The Richer

o I’m waiting by a phone
For the blessed ring
Like a holy grail
for a fisher king
Time is ticking down
like a metronome
Rythmn for my brain
and its ceaseless scares
I never seem to play them to the beat I hear
Though my heart beat is a beat
that beats so near

So we had a talk last night
About the heavy blow that you dealt in fight
Your back against the wall
It was a puzzle peice
important to the whole that I may not find
You placed within the hole
I never seem to put them in the gaps I see
like a puzzle where the pieces lost you and me

Chorus:

So Im changing who I am
‘cos what I am’s not good
And I know you love me now
But I don’t see why you should
and I don’t see why you should
No I don’t see why you should

So I drift into the end like a moth to light
Down the boulevard to a coffee shop
In the land of song
In the land of wait
Beat is bearing down on this lonely town
I never seem to write them down as good as you
Like I some where lost the keys that let me in

Chorus (extended):

So I’m changing who I am
‘cos what I am’s not good
And I know you love me now
But I don’t see why you should
So i’m changing who I am
‘cos what i am’s not good
and I know you love me now
Though I don’t see why you should
and I don’t see why you should
No I don’t see why you should

Footer: dokumentasikanlah hidup Anda selalu.

Facebook Comments:

11 thoughts on “Mari Terus Bermimpi

  1. Semangat ya, Pin…
    Kejar mimpimu.
    Kejar mimpi kita.
    πŸ™‚

    “admin:
    iyaa, semangat selalu yuk, ren. akan aku kejar mimpiku, juga mimpi kita. tolong bantu aku juga untuk mewujudkannya ya. πŸ˜€

  2. Ipin!!! Menikah di atas 25 itu bisa umur 35 lho :p

    Met belajar Pin πŸ˜€

    “admin:
    hehehe, iya Ma aku tahu, bahkan bisa umur 40 tahun. tapi ga gitu kenyataannya kok Ma, biasanya maksimal umur 30 tahun udah pada pengin nikah kok, hehehe. sukses selalu untukmu, Ma.

  3. Allah selalu menuruti persangkaan hambanya. Jadi lebih baik kita berpikir positif saja dan jaga hubungan kita dengan-Nya karena tak ada yang mustahil bagi Allah untuk merealisasikan mimpi-mimpi kita. Mohon doa dan dukungannya juga yo Pin, semoga aku bisa merealisasikan mimpiku.

    “admin:
    kau benar sekali bud, amiiin. sukses selalu untukmu, kawan.

  4. jadi inget kata andrea hirata : bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu…
    yup… mari bermimpiii…………

    “admin:
    yup benar sekali. kejarlah mimpimu, is. aja maca novel baen… πŸ˜›

  5. Kuncuuuuuuuupppppppp
    Rasanya dah lama sekali gak berkunjung ke blog mu cip…
    Ckckc.. Keterlaluan aku sedih sekali, mengingat kebersamaan kita dulu bersama kuncupers…
    Wah tapi semua dah menjalani takdirnya masing-masing, dan itulah kehidupan…
    Mizz u all…

    “admin:
    jokooo kuncuuuppp, lama ga ketemuuuuu… πŸ˜›
    miss you too, beybeh… πŸ˜€

  6. Dan Akhirnya,, takdir mempertemukan kita menjadi teman “sebaya”,,hihihi….
    yang dulunya kukira kuncup..ternyata kuncup banget..
    yang dulunya kukira berle ..ternyata berle banget ..hahaha

    semoga selalu menjadi teman dalam suka dan duka menghadapi dunia math,
    menadi partner dalam thesis dan fotocopy buku2 (ben tambah murah nek double)hehehe..
    semangat..kita gapai kesuksesan bersama kawan!!!amin…

    “admin:
    cening kuncup, ga nyangka kita jadi teman seangkatan yo, hiksss…
    mari kita taklukkan thesis itu bersama! hosh!

  7. Wah ternyata seharusnya ak manggil ipin tu mas ipin..km manggil ak jgn mbak lagi lho..wkwkwk
    Tapi pin, setelah ak menjalani beberapa tahapan proses dlm hidup, ternyata yg sering dkhwatirkan tu bkn hanya umur wanita tp pria cenderung minder padahal si ce biasa2 aj. Ini berarti co tu suka “sensi gak jelas”, ya gk?hihi
    apapun itu semangat!!! buat cening juga semangat!!

    “admin:
    hemm, horeee aku akan dipanggil “mas ipin” sama mba niken, hehehehe πŸ˜€
    hemm, iya juga sih mba, tapi ga semua pria itu suka “sensi ga jelas” kok menurutku.
    mari mba, kita semua bersemangat… hosh!!

  8. bu dosen NPP..makasih bu atas semangatnya…
    heemmm….hemmm..ya pria minder lah..hawong si ibu ini udah dosen..apalagi mas Ahsan,minder banget..ckckck..

    mas ipin=karena kamu sudah mengakui ku sebagai satu angkatan,,so kita sama, jadi manggil kamu arifin aja ya??ckckck PIIIIIINNNN*pake nada sarkasme…ckckck

    “admin:
    ceniiiing, jangan berle ah! mas ahsan dibawa-bawa ke sini lagi, huffftt…
    hemmm, iya silakan… πŸ˜›

  9. tuh admin baground nya foto bneran??????
    ky bo’onk deh…….
    baground ky orang ngelamun d foto…..
    πŸ˜€

    “admin:
    udah bener itu mas, masa bohong sih?
    itu cuma dibuat black-white aja loh.. πŸ˜€

  10. Asw. mas saya suka membaca blog ini, memotivasi Insya Allah saya jga ingin melanjutkan kuliah S2 di UGM, klw mas ipin bisa membant kita2 biaya S2 Fak. Ekonomi Manajemen berapa y?
    Terima kasih, salam kenal.
    budi setiawan

    “admin:
    waah, sukses selalu ya mas. sebaiknya kita smsan aja deh, jangan di sini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *