Aku dan Thesisku

aku2

Rasanya lama sekali aku tidak menulis, mendokumentasikan hidupku tiap harinya. Namun aku merasa malas sekali, sangat malas. Entah kenapa aku jadi begini. Bahkan untuk membuka lembaran-lembaran buku yang seharusnya menjadi sarapan, makan siang, dan makan malamku pun, enggan sekali rasanya. Buku itu seharusnya aku cumbu tiap harinya, jika aku ingin segera menyelesaikan thesisku. “Orang baca buku saja malas, kok minta cepat lulus!”, mungkin itulah kalimat yang pantas untukku saat ini. Sepertinya aku memang belum “in” dan menyatu dengan bahan thesisku, kemalasanku saat ini adalah salah satu tandanya.

Semester ini aku juga merasa masih saja belum bisa membagi waktu dengan baik. Seharusnya di usia ini, kemampuanku membagi waktu tidak lagi diragukan, apalagi aku sudah diamanahi mengajar mahasiswa di salah satu kampus di Jogja ini. Bagaimana mahasiswanya bisa menjadi baik, kalau dosennya saja masih keteteran dan bingung membagi waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah dan kewajibannya belajar. Entahlah, aku hanya merasa kacau saja, semoga hal ini tidak berlangsung lama.

Di semester ini, aku mulai menghabiskan banyak waktuku bersama Cening dan Mba Ida. Hampir tiap hari kami bersama, minimal bertemu di perpustakaan Mipa Utara, dengan menyapa Mba Susi terlebih dahulu tiap kali ke sana. Ohya, ada Bu Khurul juga ding. Kami berempat mendapatkan bahan tugas akhir yang sama dari Bu Indah. Nantinya thesis kami bertiga akan menjadi dasar teori dalam disertasi Bu Khurul sepertinya. Aku sangat salut dengan semangat kami berempat, tetapi aku merasa belum mendapatkan hasil maksimal dari semua itu. Sudah hampir ujian tengah semester, aku masih saja belum mengerti akan dibawa kemana tugas akhirku ini. Atau jangan-jangan hal ini wajar? Entahlah, aku juga tidak tahu pasti.

aku2

Jika ada kesempatan, aku, Cening dan Mba Ida selalu menyempatkan diri bertemu di perpustakaan. Minimal ada sesi curhat dari Cening dalam obrolan kami bertiga. Betapa tidak, si Cening ini sudah sangat ingin menikah tetapi masih terjebak thesis bersamaku. Ibunya menginginkan dia menyelesaikan thesisnya terlebih dahulu sebelum menikah kalau bisa. Sedangkan aku, juga sama, ingin segera menikah juga, hanya saja terjebak dalam suatu keadaan yang tidak menguntungkan bagiku. Aku masih kuliah dan terjebak dalam tugas akhir, juga belum mendapatkan penghasilan yang mumpuni untuk menafkahi keluarga jika menikah kelak, sedangkan calon istriku sudah dua tahun lebih bekerja. Suatu tekanan batin yang cukup sulit untuk dideskripsikan, mungkin hanya aku yang tahu rasanya.

Dengan bijak dan santai, Mba Ida selalu memberikan wejangan-wejangan dan pengalamannya selama menikah. Aku dan Cening dewasa sebelum waktunya sepertinya. Aku banyak belajar dari ibu dua orang anak ini. Jika Anda berpapasan dengannya mungkin tidak akan mengira jika sudah dua anak manusia yang pernah singgah di rahimnya. Di mataku, dia seperti berumur 20 tahunan. Aku juga salut dengannya, karena cukup sulit untuk membagi waktu belajar dan menghabiskan waktu bersama anak-anak sepertinya. Tidak sesulit antara membagi waktu belajar dan mengajar dalam kasusku.

aku2

Aku sudah mendapatkan kalimat, “Jangan tebar pesona dengan mahasiswimu ya!”. Aku yakin Anda pasti bisa menebak kalimat dari siapa itu. Tadinya aku merasa aneh dengan mendapatkan peringatan seperti itu. Namun lama-kelamaan aku jadi sedikit mengerti karena terkadang hati manusia begitu mudah digonjang-ganjingkan oleh Tuhannya. Maksudku, jatuh cinta pada pandangan pertama bukanlah hal yang mustahil, apalagi bagi seorang laki-laki. Hal senada juga pernah diberikan oleh Nanang untukku, bahwa janganlah sekali-kali aku merasa sombong dengan kepercayadirianku. Aku pernah berkata dengan lantang padanya bahwa sangat sulit bagiku untuk jatuh cinta, karena pengalamanku yang ingin mendapatkan cinta pertama dan ingin menjadikannya sebagai yang terakhir. Selama lebih dari 6 tahun aku terobsesi dengan idealisme itu: hidup sekali, jatuh cinta sekali, dan menikah sekali. Ibuku mampu melakukan ini, tetapi aku tidak, sayang sekali.

Ah, mungkin baru itu yang bisa aku tulis sekarang. Sepertinya aku harus kembali belajar, membaca buku-buku dan paper-paper yang berkaitan dengan Leavitt Path Algebra, karena itu adalah bahan thesisku. Aku harus segera “in”, jika aku ingin segera menyelesaikan tugas akhirku ini. Aku harap Anda tidak merasa aneh saat membaca ini.

Ya Allah ya Rabb, hamba mohon bimbinglah hamba selalu. Tolong ingatkan hamba segera jika Engkau merasa bahwa hamba berlebihan dalam hidup ini. Izinkan hamba menjadi teladan bagi adik-adik hamba dan orang-orang yang mengenal hamba. Jangan jadikan hamba orang yang tidak berguna bagi mereka. Bimbinglah hamba agar bisa senantiasa memiliki akhlak dan sikap yang baik, yang tidak merepotkan orang lain. Ya Allah ya Rabb, terima kasih atas kasih sayang dan cinta-Mu pada hamba sampai detik ini, sampai hamba menuliskan semua ini.

Baiklah, mari kita senantiasa berbagi cerita, apa saja. Nuwun.

Footer: dokumentasikanlah hidup Anda selalu.

Facebook Comments:

4 thoughts on “Aku dan Thesisku

  1. Ayo segera dikerjakan skripsinya Pin!, biar cepet lulus S2-nya, dan selanjutnya bisa… πŸ˜€

    “admin:
    baik mas, insyaAllah lagi semangat nih. mohon doa dan bimbingannya ya…

  2. wew..poto cantikku kuk nampang??bayar royalti..sinih-sinih….
    ayo segera nikah wae eh thesis maksudnya..semangat!!

    “admin:
    kaya gitu dibilang cantiikk? ayuk ning semangat selesaikan thesisnya…

  3. Bingung,, mau nglanjutin S2 di Matematika, atau pindah ke Ilkom pa Ekonomi ya…

    “admin:
    letakkan tangan kananmu di depan dada, merunduklah, kemudian tanyakan pada hati kecilmu. πŸ˜†

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *