Mari Meminimalisir Kemiskinan

Sebelumnya, cobalah Anda menyimak tulisan berikut.

aku2

Hanya berbaring ke kiri dan kanan jika ingin tidur telentang, Mirza Gunawan bocah yang tinggal di Tanjungjabung Timur, Jambi, merasa tidak sanggup. Ini lantaran ia menderita pembengkakan kelenjar lendir di sekitar pantat. Saat SCTV menjenguk, baru-baru ini, kondisi bocah berusia delapan tahun itu memburuk. Kakinya mengecil dan praktis tidak mampu beraktivitas. Bahkan, beberapa syaraf mati di sekitar pantat Mirza. Dia memang ditangani rumah sakit umum daerah, namun peralatan terbatas, jadilah Mirza mendapat perawatan seadanya. Kesedihan yang ditambah karena biaya berobat harus dibayar.

Di bagian lain negeri ini, kemiskinan masih menyergap sebagian besar warganya. Tepatnya di Kendal, Jawa Tengah. Siapa pun pasti miris dengan bayi bernama Misbahul. Ia seperti korban perang, kurus hanya tulang berbalut kulit. Saat bernapas pun, Misbahul sangat menderita. Penderitaan yang tidak diinginkan kedua orangtua Misbahul yang hanya buruh tani, kepedihan yang semakin menyesakkan karena jatah Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) sudah habis. Artinya, orangtua Misbahul harus mencari biaya untuk buah hati mereka.

Mirza Gunawan dan Mizbahul, hanyalah potret buram kehidupan sebagian besar penduduk negeri ini. Kemiskinan yang berbaur dengan gemerlapnya pejabat negeri yang gemar korupsi. Korupsi yang merampas hak orang miskin.(ANS)

sumber: liputan6.com

Kesan pertama yang timbul adalah perasaan sedih, miris, marah kepada pemerintah mungkin, dan perasaan-perasaan negatif lainnya. Aku rasa itu wajar karena seharusnya negeri kita ini menjadi negeri yang makmur jika semua sumber daya alam sekaligus sumber daya manusianya mampu dikelola dengan baik.

Namun apa yang terjadi? Coba Anda lihat ke sekeliling, perhatikan dengan seksama. Anda dapat melihat kemiskinan merajalela, banyak remaja yang jadi pengamen di bus-bus kota padahal seharusnya mereka belajar di sekolah, banyak anak kecil menjadi pengemis di perempatan-perempatan jalan padahal mereka seharusnya bermain dan belajar di sekolah, banyak juga ibu-ibu yang menggendong anaknya untuk meminta-minta dari satu rumah ke rumah yang lain padahal seharusnya mereka berada di rumah dan merawat sekaligus mendidik putra-putrinya. Inilah realita yang ada saat ini dan tidak bisa dipungkiri bahwa aku dan Anda adalah bagian dari semua ini.

Aku ingin berpendapat di sini. Kalau boleh mengatakan, ada banyak sekali orang yang tidak tahu diri di negeriku ini, khususnya pasangan-pasangan suami-istri yang baru saja atau sudah lama menikah. Banyak yang tidak berpikir jauh ke depan, dan terkesan maunya seenaknya sendiri. Anda bisa melihat fakta bahwa banyak sekali keluarga miskin secara finansial tetapi memiliki banyak anak, hanya memiliki penghasilan yang baru cukup untuk suami, istri, dan satu anak, tetapi sudah beranak tiga. Sungguh keterlaluan menurutku. Program Keluarga Berencana yang dicanangkan pemerintah dianggap remeh, dan membuat program sendiri yaitu: mempertinggi angka kemiskinan dan kebodohan. Apalagi tidak sedikit orang yang masih menggunakan prinsip “Banyak anak banyak rezeki” atau “Masing-masing anak sudah memiliki rezekinya masing-masing” atau yang menurutku cukup keterlaluan adalah prinsip “Rasulullah itu menyukai keluarga dengan anak banyak”.

Di mataku, orang-orang tersebut sudah salah kaprah dalam mengartikan sunnah rasul yang kemudian memanfaatkannya untuk kepentingan pribadinya sendiri. Seolah-olah mereka ingin berbangga ria dengan memiliki banyak anak, padahal secara finansial rencana pendidikan sang anak sama sekali tidak dipikirkan. Mereka dengan santainya berkata, “InsyaAllah rezeki akan datang”. Padahal jika mau bersikap sedikit realistis, mungkin ada suara hati yang berkata lirih dalam diri Anda bahwa memiliki banyak anak yang tidak diimbangi dengan finansial yang memadai sungguh-sungguh tidak baik. Walaupun terkesan materialistis, tetapi begitulah faktanya, begitulah realitanya, begitulah keadaannya, begitulah yang terjadi saat ini.

Aku hanya ingin berbicara saat ini, bukan di saat Rasulullah dulu dimana umat muslim masih terbilang sedikit. Saat ini, umat muslim sedunia boleh dikatakan banyak, sangat banyak. Jadi bukan saatnya lagi kita berlomba-lomba untuk beranak pinak tanpa memikirkan masa depan sang anak, tanpa memikirkan pendidikan sang anak. Sungguh maafkan aku jika terlalu lancang berbicara seperti ini, yang Anda tahu sendiri bahwa aku menikah pun belum apalagi punya anak. Ini hanya suara hati yang sejak dulu ingin dikeluarkan, tetapi takut, takut pada orang-orang di sekelilingku. Anda mungkin tidak bisa merasakan apa yang aku rasakan jika tidak pernah dilahirkan dari keluarga besar dan menjadi sulung dari sembilan bersaudara.

Saat ini aku hanya ingin menuliskan beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meminimalisir kemiskinan di negeri ini, yang menurutku sederhana tetapi akan berimbang cukup besar ke depannya. Kalau Anda berminat melakukannya, silakan dicoba, yaitu sebagai berikut:

  1. Jangan menikah muda, menikahlah di atas 25 tahun. Percayalah, ini sangat efektif.
  2. Canangkan program KB (Keluarga Berencana) dalam keluarga Anda, tujuannya adalah mengatur kelahiran anak-anak Anda. Percayalah ini juga sangat efektif.
  3. Jika Anda belum mampu menikah, maka bekerjalah atau kuliahlah. Percayalah, ini cukup efektif.
  4. Kalau bisa jangan punya banyak anak, seperti yang dicanangkan pemerintah saja, dua anak cukup. Mungkin Anda adalah orang yang berkecukupan sehingga tidak menjadi masalah jika punya anak lebih dari dua, tetapi ingatlah bahwa bukan hanya Anda yang ingin punya banyak anak, orang yang tidak berkecukupan pun menginginkannya.
  5. Milikilah sikap toleransi yang tinggi, jadilah warga negara yang baik, dan bayarlah pajak.

Mungkin itu yang bisa aku tuliskan di sini. Setidaknya itu yang ingin aku lakukan untuk masa depanku. Semoga aku selalu konsisten dalam hal ini. Silakan jika Anda tidak setuju. Mari kita senantiasa saling mengingatkan dalam hidup ini, tentang apa saja, nuwun.

Footer: dokumentasikanlah hidup Anda selalu.

Facebook Comments:

One thought on “Mari Meminimalisir Kemiskinan

  1. Terlihat kurang fix antara permasalahan dan solusinya.
    Penyebab kemiskinan yg ditulis adalah karena korupsi yg keterlaluan di negeri ini, pengolahan SDA yg jauh dr maksimal, SDM yg rendah, kemudian banyak warga miskin yg melahirkan banyak anak tanpa diimbangi oleh kmampuan mereka dlm menafkahi dan memberikan pendidikan yg layak utk masa depan mereka.
    Jika solusinya adalah pembatasan usia nikah, pembatasan jumlah anak, tentunya belum bisa dikatakan ‘sangat efektif’.
    Tentu solusi yg agak lbih mendekati adalah:
    1. Berantas korupsi di segala bidang. (Jika bisa, hukum mati orang2 yg korupsi dgn seenak perutnya sendiri)
    2. Ciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas, SDM berkualitas dan mampu mengolah SDA yg lebih baik.
    (Karena banyak dari SDA kita yg belum terjangkau dan diolah dgn baik)
    3. Warga miskin yg tidak mampu untuk menafkahi keluarganya sendiri harusnya sadar diri bahwa melahirkan banyak anak, kelak bisa menjadi beban bagi lingkungannya.
    (Ini apakah haknya tetap disamakan dengan orang yg memiliki kemampuan dan kualitas lebih, yang mampu mendidik anaknya lebih berkualitas, SDM berkualitas dan berguna bagi masa depan lingkungannya)

    Demikian sharing pendapat.
    Thnks

    “admin:
    waah fud, keren komenmu, cukup solutif. seharusnya kau membuat tulisan sendiri mengenai ini…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *