Panasnya Pukul 14.30

aku2

Rasanya hampir lupa kapan terakhir aku menulis di blog ini, andai saja tidak ada tanggal yang tertera di postingan mungkin aku tidak akan benar-benar tahu kapan terakhir aku mendokumentasikan hidupku. Perlu Anda ketahui bahwa usiaku kini sudah seperempat abad lebih, tetapi di umur ini aku merasa tidak memiliki perbedaan yang signifikan saat aku berumur 20 atau 22 tahun kemarin. Mungkin secara kasat mata, Anda bisa melihat fakta bahwa wajahku semakin sedap dipandang mata, tetapi itu tidaklah penting. 😆

Bisa dikatakan saat ini aku kalah dengan kawan-kawan seusiaku sekarang. Coba saja Anda bayangkan, laki-laki dengan usiaku ini biasanya sudah memiliki pekerjaan yang mapan, entah itu menjadi PNS, mengelola toko milik keluarga, atau menjalankan bisnis tertentu. Namun apa yang terjadi padaku saat ini? Aku hanyalah seorang mahasiswa S2 yang sedang berusaha menyelesaikan tugas akhirnya, dan belum memiliki pekerjaan yang bisa dibanggakan. Aku tahu bahwa Anda pasti memintaku untuk lebih bersyukur terhadap apa yang aku miliki sekarang. Namun tetap saja dalam hati kecilku, masih ada sesuatu yang kurang, masih ada sesuatu yang ingin aku raih lebih besar dan lebih hebat lagi. Sungguh aku kurang puas dengan kehidupanku saat ini.

Ataukah aku hanya jenuh dengan segala rutinitasku beberapa minggu ini? Kalau memang iya, lantas apa yang seharusnya aku lakukan? Aku merasa dulu akulah yang cukup pandai menasihati sahabat-sahabatku tentang bagaimana menikmati hidup ini, dan berusaha mensyukuri nikmat yang diberikan Allah hari ini sekecil apapun itu. Namun saat ini aku butuh seseorang yang bisa menjadi diriku beberapa tahun silam. Aku butuh seorang penasihat hidup, aku butuh dinasihati, dan aku butuh shock-terapy. Entahlah.

Anda tahu apa yang aku miliki sekarang? Mungkin beberapa bisa aku sebutkan di sini: orang tua yang masih lengkap, ayah-ibuku yang selalu menyayangiku, selalu menanyakan apa kabarku, walaupun aku jarang melakukan hal yang sama. Kemudian aku juga memiliki adik-adik yang lucu dan seringkali membuatku tertawa terpingkal-pingkal. Lebih dari itu, aku juga memiliki kekasih yang baik dan setia menemaniku di hari-hari beratku, yang selalu berharap akan ada keajaiban sehingga tiba-tiba kami ada di depan penghulu memakai baju pengantin. Lantas mengapa aku masih saja merasa ada yang kurang? Apakah memang aku ini serakah? Ah, aku rasa tidak. Aku yakin, kejenuhan memang sedang menghantuiku saat ini. Hanya saja aku masih belum bisa keluar dari semua ini.

aku2

Ohya, mungkin ini yang kadang membuat aku bosan: pernikahan. Entah mengapa seringkali aku langsung merasa tidak bersemangat saat ada undangan pernikahan salah satu kawanku yang mengharapkan aku hadir di dalamnya, atau hanya melihat event-invitation yang ada di facebook, yang isinya pernikahan-pernikahan orang-orang yang ada di listing friendsku. Atau hanya membaca status-status sahabat yang bahagia karena istrinya langsung hamil di usia pernikahannya yang kurang dari tiga bulan. Dalam benakku aku merasa mereka sedang berlomba-lomba untuk beranak pinak. Padahal negeri ini sedang dilanda kemiskinan hebat, yang disebabkan oleh ledakan penduduk di sepuluh tahun terakhir.

Aku hanya merasa bahwa mereka yang aku sebutkan tadi sama sekali tidak merasa bahwa mereka adalah bagian dari negeri ini, bagian dari kemiskinan yang melanda negeri ini, bagian dari carut marutnya penduduk di negeri ini. Aku juga merasa mereka-mereka tadi adalah orang-orang yang egois, yang hanya ingin bersenang-senang di dunia ini, dengan berkedok sunah rasul yang selalu menjadi bagian dari segala salah kaprah di negeriku ini. Entahlah, aku bingung apa yang harus dilakukan untuk ikut andil dalam memperbaiki bangsa ini, ikut andil dalam mengurangi angka kemiskinan di negeri ini, ikut andil dalam menjadikan bangsa ini sebagai bangsa yang sejahtera dan hebat. Aku bingung, benar-benar bingung. Dan aku yakin, Anda juga sama bingungnya denganku saat ini.

Aku juga seringkali muak dengan anak kecil yang aku anggap masih ingusan menyuruhku untuk menikah, tanpa tahu latar belakang kehidpanku, tanpa tahu bagaimana aku hidup, tanpa tahu bagaimana perasaanku saat melihat orang-orang seakan-akan berlomba-lomba untuk menikah dan beranak pinak. Maafkan aku jika Anda tidak setuju denganku dalam hal ini. Mungkin ketidaksukaanku terhadap sebuah pernikahan sudah semakin menjadi, dan aku semakin tidak bisa menyembunyikannya dari orang-orang di sekelilingku. Aku yakin Anda bisa memaklumi aku dalam hal ini.

Sudahlah, mungkin sekian dulu coretan tanganku di siang hari ini. Apakah Anda merasakan hal yang sama denganku hari ini? Di luar rasanya terik sekali, panasnya menyengat sekali di kulit, semoga Anda tahu apa yang harus dilakukan untuk melindungi diri Anda sendiri, dan tahu apa yang harus dilakukan untuk ikut andil menjadi warga negara yang baik di negeri ini. Saling mengingatkan ya, kawanku.

Baiklah, mari kita senantiasa berbagi cerita hati, teriakah hati, dan pengalaman, apa saja, apaun itu. Nuwun.

Footer: dokumentasikanlah hidup Anda selalu.

Facebook Comments:

3 thoughts on “Panasnya Pukul 14.30

  1. mungkin setelah menikah anda akan berubah pikiran tentang semua hal yg anda tulis di atas itu mas

    “admin:
    mungkin saja. 😆

  2. Hehe…setuju dg komen di atas. Mungkin kamu akan berubah pikiran setelah menikah. Rasanya ga enak banget denger kalimat “berlomba-lomba beranak pinak” (kalo gini aku termasuk jd tertuduh). Tapi aku aku dg bangga ingin mengatakan, ya, aku memang sedang berlomba secepatnya untuk punya anak. Karena aku punya batasan waktu yaitu umurku sendiri. Di ruanganku, ada sekitar 3 orang yg sdh menikah tp dia/istrinya blm hamil jg. Tak terbayang perasaan sedih mereka setiap ada pertanyaan “belum isi, ya?!”

    Dan bukannya tidak bertanggungjawab. Justru dg kehamilan ini, kami jadi bersemangat membuat perencanaan jangka panjang sebaik2nya. Mempersiapkan dana pendidikan dsb. Dan terus berdoa semoga anak kami nanti akan menjadi anak yang bermanfaat bagi masyarakat.

    “admin:
    maaf kalau dirimu merasa jadi tertuduh, aku tidak bermaksud mengarahkan tulisan ini kepadamu. kata-kata yang aku gunakan mungkin terkesan kasar, itu karena aku suka bicara dengan lugas. semoga kau bisa menjadi orang tua yang bertanggung jawab. aamiin. 😀

  3. 🙂
    kalau masalah nikah c, hauallahu alam
    hanya Tuhan yang tahu
    tapi yang jelas kita diciptakan untuk berpasang pasangan,,
    untuk mengatasi masalah kemiskinan bukan harus mengkritik keluarga yang banyak anak, tapi gimana kita meningkatkan kualitas pribadi kita dan memberikan kontribusi ke keluarga dan lingkungan

    ayooo semangat
    semangat
    🙂

    “admin:
    betul, tapi menurutku, di Indonesia masih banyak sekali keluarga yang memiliki anak banyak, dan tidak bisa memberikan penghidupan yang layak dan pendidikan yang cukup untuk anak-anaknya itu. padahal, salah satu jalan utama untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia adalah melalui pendidikan.
    tetap semangat juga untukmu. semangat semangat! 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *