Alhamdulillah. Aku ingin mengawali tulisan perdana ini dengan bersyukur, setelah sekian lama blog ini mengendap, berlumut, hilang ditelan gempuran tulisan tak bermutu baik yang bersifat hoax maupun yang hanya mengincar klik nyasar dari netizen (karena dipasang jebakan iklan dimana-mana), dan alasan utama aku bersyukur adalah karena aku masih diberi hidayah untuk menulis kembali di sini, di blog jadul ini, di kertas maya ini, yang sudah mulai eksis di dunia maya jauh sebelum si bintang kecil Aldebaran, anakku, lahir ke dunia ini.
Lantas mungkin Anda dengan muka sebal dan berpose “bodo amat” bertanya sekilas, “Kok si ipin tumben mau ngeblog lagih? Kok blog ini masih ada sih, guwe pikir udah didelete hostingnya gara-gara ga kuat bayar? Kok si ipin masih hidup sih? OMG, apakah ini pertanda buruk? Apakah dunia akan kiamat? Tidaaakkkk!!! “
Ya ya ya, terserah situ deh mau bilang apa. Intinya aku mau berkata bahwa aku akan kembali menulis di sini, mengukir sedikit demi sedikit memori kebidupan yang mungkin akan aku lupakan lima atau sepuluh tahun ke depan dan akan ingat kembali hanya jika kepalaku terantuk tembok, jedotan sama cewek cantik atau apes-apesnya, membaca lagi tulisan ini.
Apa alasannya? Nothing special I think. Aku merasa dan meyakini bahwa saat blog ini aktif sekali dulu, itu tidak lain dan tidak bukan adalah karena aku stress. Semakin tinggi tekanan dan stress yang aku hadapi, maka semakin aktif pula aku menulis. Itu sih kayaknya alasannya, yang aku yakini benar.
Apalagi dulu saat masih single alias jomblo, tidak tahu harus melampiaskan kemana gundah gulana hati yang hampir tiap hari bergejolak. Ya mau tidak mau ke blog ini, ke kertas maya ini, di sini, di himpunan bagian bilangan biner di internet ini. Beruntung rasanya mengingat kembali bahwa dulu aku punya kawan-kawan yang baik dan positif dan memiliki pelarian positif pula.
Terus Anda mungkin langsung nyeletuk seketika, “Jadi elo lagi stress nih pin sekarang? Udah mati aja sekalian sana”
Ebuset sadis amat. Iya, saat ini aku sedang stress. Dan aku punya kebiasaan buruk, dan sialnya baru aku ketahui dan sadari beberapa hari ini, yaitu saat aku stress aku menjadi akan menjadi orang yang menyebalkan, menjadi kawan yang buruk, menjadi pribadi yang mendadak jadi asing dan terkesan menjadi orang lain, bukan seperti ipin yang biasanya dikenal santun dan murah senyum, yang tertawanya membuat jantung beberapa orang hampir copot karena saking keras dan merdunya.
Mengapa saat ini aku stress? Ini juga bukan pertanyaan mudah. Aku kadang bertanya sendiri, apakah memang saat ini aku sedang stress atau tidak, atau malah hampir gila. Yang aku rasakan adalah adrenalinku sepertinya mengalir deras dan membuatku otakku menyuruh jari-jari lentik nan hitam ini menari-nari di atas smartphone berukuran 5,5 inchi ini, menuliskan apapun yang diingat dan dirasa akan menjadi momen positif dan berkesan ke depannya.
Perhatikan kalimat ini,
“Sudah dibuat draft papernya? Kalau belum segera ya, minggu depan saya tunggu hasilnya. Nanti abstraknya kirimkan ke seminar Kelompok Peminat Aljabar besok”
Antara semangat, bergairah dalam belajar, berapi-api dan stress, itulah yang aku rasakan. Aku baru sadar juga ternyata sudah dua tahun berjalan aku menjalani kehidupan sebagai mahasiswa doktor di kampus negeri sangar di Bandung. Selama itu pula aku menjalani dua kehidupan, setengah di Bandung dan setengahnya di Jakarta/Tangerang. Kehidupan sebagai mahasiswa dan pengajar matematika aku lakoni sekaligus dalam dua tahun terakhir. Alhamdulillah, aku pikir ini adalah prestasi karena masih mampu bertahan dan berjuanh.
Di tahun ketiga kuliahku ini aku sangat berharap Allah senantiasa ridha dalam setiap hal yang aku lakukan dan setiap nafas yang keluar masuk tiap detiknya. Memohon sehat iman dan Islam setiap hari juga tentunya, karena hanya Allah yang mampu melakukannya, bukan dia, dia, apalagi Anda. Berharap juga bahwa mataku semakin jeli dan tajam ke depannya, membuatku bisa menemukan sesuatu dari tiap paper dan buku yang aku baca dalam proses penelitianku.
Bagaimana, mengapa aku bisa stress lagi sudah terjawab kan? Kalau begitu sementara ini aku pamit dulu karena bus yang aku naiki hampir sampai ke tempat tujuan. Perjalanan Bandung-Jakarta yang berkisar tiga jam ini ternyata bisa membuatku menuliskan semua ini. Untung saja barang yang aku pegang ini memiliki baterai 4000 mah, hahahahaha. Kalau tidak mana mungkin aku bisa melakukannya, paling buat main game coc sebentar sudah low-bat.
Baiklah aku pamit dulu, nanti dilanjut lagi dengan cerita stress yang lain. Mari kita tetap berbagi cerita dan stress, tentang apa saja. Nuwun. (Rindu sekali menuliskan paragraf terakhir ini)
Pertamax