“Kampret, salah aku nih masuk kaskus dan baca-baca cerita cinta di SFTH, ujung-ujungnya malah bikin hati baper ga jelas gini. Huh…“, itulah umpatan-umpatan yang sering keluar di hatiku sekitar dua mingguan ini. Betapa tidak, hampir setiap hari perasaanku dipermainkan, hati rasanya bak ditusuk-tusuk, kadang air mata menetes tanpa sadar, dan masih banyak lagi penderitaanku lainnya akibat membaca kisah cinta base on true story milik orang lain. Ironisnya, aku menikmatinya, mungkin karena pada dasarnya aku adalah orang yang gampang trenyuh dan berempati dengan kesedihan orang lain.
Setidaknya ada dua judul yang aku baca, karena sudah tamat dan tidak menimbulkan tanda tanya dan rasa penasaran lagi, maka seringkali aku kembali membaca bagian-bagian yang aku sukai saja, bagian yang membuatku meneteskan air mata tanpa sadar, merasakan hati ini tiba-tiba tertusuk. Slebb, sakit, tapi aku menikmati pisau yang tak kasat mata itu masuk menembus dadaku.
Pernah aku iseng cerita ke istriku tentang apa yang aku rasakan ini, tapi bukan pelukan dan elusan di rambut yang aku dapatkan, melainkan kalimat,
“Ayah asli lebay banget asliiii lebaaayyy… ”
Karena malu bercampur gregetan, langsung saja aku hujani istriku dengan kelitikan di pinggang dan kecupan-kecupan di pipi, dan karena kebetulan anakku si bintang kecil Aldebaran juga sedang tidur, maka aku kunci pintu kamar, dan kemudian…., ah skip skip skip skip. Aku takut Anda membayangkan yang tidak-tidak di sini. Ehehehehe.
Anda tahu, lagu-lagu milik Bullet For My Vallentine di playlist tidak lagi terdengar sejak aku dilanda baper berkepanjangan ini. Aku betul-betul tidak tahu apa yang terjadi. Aku malah mendengarkan salah satu lagu OS yang disarankan penulis cerita agar dimainkan saat membaca kisahnya, dan bodohnya aku mengikuti saran ini. Bukan perasaan senang yang aku dapatkan, melainkan perasaan baper yang semakin dalam dan membuatku semakin terpuruk, masuk ke dalam jurang kenelangsaan yang tiada bertepi. Rasanya seperti berjalan di pinggir pantai sendirian, menangisi sesuatu yang tidak dipahami. Hanya merasakan kesedihan saat melihat orang lain menderita dengan kisah patah hatinya.
Berikut aku lampirkan salah satu lagu yang dimaksud, kalau-kalau Anda ingin merasakan kebaperan yang tiba-tiba melandaku.
Betul-betul perubahan 180 derajat. Lagu cadas yang memekakkan telinga yang selama ini kusukai mendadak digantikan lagu folk-country-mellow seperti itu. Selain lagu di atas, aku juga sering menikmati permainan mba Ana memainkan gitar klasiknya, itu juga gara-gara membaca part tentang seorang cewek yang jadi suka sama penulis kisah di atas setelah memainkan gitar klasiknya mirip mba Ana, seperti di bawah ini.
Berkat kebaperan ini juga aku merasa sangat bersyukur dengan yang aku miliki saat ini. Istri yang cantik nan baik, buah hati yang sedang lucu-lucunya, rutinitas yang tidak monoton di tiga kota dalam seminggu, Bandung-Jakarta-Tangerang. Aku makin sering kirim pesan ke istriku kalau sedang berada jauh darinya, “Sayang, makasih banyak ya udah hadir di hidupku, mau mengikat janji pernikahan denganku, mau sabar dengan sifat mesumku. Semoga dua tahunan lagi aku bisa lulus, kalaupun ga bisa mentok tiga tahun aja lah, kalau udah lulus kan bisa fokus kerja dan ngurus baran”. Lagi-lagi kalimat antimainstream ini yang aku dapatkan, “Ihh please deh ayah, ga usah lebay dan baper gitu“. Sayangku, pahamilah, aku sedang merindukanmu saat lebay seperti ini. Ehehehehe.
Ohya sudah dulu ya, hari ini aku mau siap-siap mau bimbingan dengan Bu Pudji nanti sore dengan sebelumnya melanjutkan bimbingan terkait draft paper yang akan aku bawakan di seminar nasional KPA di Universitas Sanata Dharma 16-17 Sepetember besok.
Jika Anda penasaran dengan dua cerita yang kumaksud di atas, silakan klik di sini dan di sini, tapi aku ingatkan bahwa jika Anda tidak ingin seperti aku saat ini, terpuruk dalam kebaperan tingkat tinggi dan tidak tahu kapan perasaan nelangsa ini berakhir, dll, tolong jangan dibuka link di atas dan tinggalkan jauh-jauh cerita cinta di atas. Salah satu cerita di atas ditulis oleh lulusan sastra universitas ternama di Padang, jadi aku harap Anda tidak macam-macam dan tahu sedang siapa Anda berhadapan. Ehehehehe.
Baiklah, saatnya beraktivitas, ternyata sudah mau jam 08.00. Bismillah. Istriku, aku merindukanmu saat ini. I love you.
Mari kita berbagi cerita, apa saja. Nuwun.